Senin, 02 Juni 2014

Berbagi Cerita Perjalanan



Berbagi Cerita Perjalanan

Di pagi hari yang sangat cerah di kota Makassar, membuat kami (hendra, awal dan andika) sibuk melakukan aktivitas perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermobil menuju lesehan bili-bili, letaknya di Desa bili-bili, Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Namun kesibukan mulai tampak begitu jelas di wajah kota Makassar pagi hari ini tanpa mengenal waktu ataupun di hari libur. Tetapi perjalanan ini membuat kami tetap bersamangat walau hambatan-hambatan (kemacetan)di perjalanan cukup membuat hati ini menjadi gelisah.
Ketika matahari mulai meninggi, hawa panas yang begitu menyengat, kendaraan mulai padat serta debu mulai tidak bersahabat. Kami pun menutup jendela mobil serta langsung dengan sentaknya menyalakan pendingin udara di dalam mobil agar untuk menghindari udara yang telah tercemarih oleh asap kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.
Perjalan ini berlangsung hingga memakan waktu yang begitu lama, entah sejauh mana kami telah melakukan perjalanan namun jarak yang di tempuh menuju Lesehan bili-bili dari kota Makassar hanya memakan waktu kurang lebih satu jam, tetapi kenyataannya sudah lebih dari dua jam.
Perjalanan ini membuat kami jenuh dan ingin terasa mual-mual yang di akibatkan oleh udara pendingin mobil. Saat tiba dilokasi, hati ini pun merasa legah dengan melihat warung lesehan berjejer dengan sangat rapih dan pelayanannya pun sangat ramah.


 
 salah satu tempat Lesehan bili-bili







  
Namun tidak secara langsung persaingan pun dapat terlihat dari setiap warung Lesehan untuk menarik perhatian si pembeli. Kami pun memilih salah satu tempat lesehan ini, pelayan pun datang memberikan kami menunya dan menunggu makanan yang akan disajikan oleh pelayan tersebut.
Dengan menunggu 15 menit saja, makanan pun siap untuk di santap. Menu yang kami pilih ini merupakan menu andalan di tempat ini yaitu ikan nila bakar dan di goreng, kangkung tumis, rica-rica mangga dan sambal.
Makanannya sangat memuaskan, sebanding dengan harganya hanya Rp35.000/porsi. (Di tempat ini bukan hanya ikan nila yang tersedia, tetapi ada juga ikan mas, ikan bolu, ayam dan bebek. Jadi anda patut mencoba beberapa menu andalannya yang disediakan oleh pelayan warung Lesehan ini).


 Menu andalan salah satu tempat di Lesehan bili-bili






Begitu selesai menikmati hidangan yang disediakan oleh pelayan warung lesehan, kami pun bersantai sejenak di tempat ini dengan menikmati keindahan danau bili-bili. Sebenarnya danau bili-bili merupakan aliran sungai dari gunung bawakaraeng yang di tampung oleh bendungan sehingga terbentuklah sebuah danau yang sangat luas.
Panorama di tempat ini sangatlah indah dan sejuk dikarenakan danau bili-bili di kelilingi oleh bukit-bukit serta anginnya yang berhembus sepoi-sepoi, itulah sebabnya  kami sangat betah berada beralama-lama ditempat ini.
Setelah beberapa jam menikmati pemandangan bendungan bili-bili dari warung Lesehan ini, kami pun melanjutkan perjalanan menuju kota Malino, tepatnya di lapangan tembak. Dalam perjalanan jarak tempuh dari warung Lesehan ke kota Malino, kurang lebih memakan waktu 2jam perjalanan.
Perjalanan yang agak lama itu disebabkan oleh jalanannya yang banyak rusak serta banyak debuh yang beterbangan, diakibatkan kendaraan truk pengangkut bahan material yang banyak meleweti sepanjang jalur ini. (Bila anda menggunakan kendaraan bermobil, anda perlu mempersiapkan obat mual serta obat pusing kepala karena sepanjang perjalanan anda akan terganggu oleh rusaknya jalan ini, bila anda menggunakan kendaraan bermotor anda hanya perlu mempersiapkan masker penutup hidung dan mulut dikarenakan banyaknya debuh yang beterbangan).
Kami pun tiba di kota Malino  yang kebanyakan orang mengatakan bahwa kota Malino merupakan kota yang dingin, tetapi kenyataannya tidak seperti apa yang dikatakan dari kebanyakan orang tersebut.
Kota ini dulunya memang suhunya terbilang dingin namun dengan berkembangnya zaman serta adanya peningkatan globalisasi sehingga suhu di kota ini mulai terkikis dan menyebabkan suhu dingin semakin lama semakin menurun. Tak lama kemudian kami pun tiba dilapangan tembak, yang di sekitarnya tak jauh dari lapangan ada banyak berjejeran warung makan, tetapi kami enggan untuk singgah di tempat itu karena kami ingin terlebih dahulu menikmati pemandangan di sekitar lapangan yang banyak memiliki pepohonan pinus yang sejuk untuk dihirup udaranya serta kuda yang disewakan untuk ditunggangi, namun sebelum kami masuk ke lapangan kami pun membayar kartis loket per orangnya seharga Rp3000.
Kami pun berfoto untuk mengabadikan momen kebersamaan kami serta bercanda gurau ditempat ini. Setelah kami puas berfoto-foto, kami pun menyempatkan diri sejenak untuk singgah di warung tersebut untuk mengisi sedikit perut kami sebelum pulang ke Makassar, warung ini menyediakan berbagai makanan yang harganya tidak merobek kantong kami, hanya perlu mengeluarkan uang Rp.20.000/orang itu sudah lebih dari cukup. Kami pun memesan jagung bakar, kopi, serta sarabba.
Setelah kami usai mengisi perut, kami pun lansung berangkat untuk meninggalkan kota Malino. (jadi, anda perlu menyempatkan diri untuk pergi ke kota Malino bersama keluarga serta jalan-jalan ke lapangan tembak yang tak jauh dari kota Malino. Jika anda ingin membeli ole-ole anda harus mengeluarkan uang Rp10.000 untuk 1bungkus dodol/tengteng, 1 kilo buah markisah/manggis dijualnya seharga Rp15.000/kilo).