Berbagi
Cerita Perjalanan
Di pagi hari yang
sangat cerah di kota Makassar, membuat kami (hendra, awal dan andika) sibuk melakukan aktivitas perjalanan dengan menggunakan
kendaraan bermobil menuju lesehan bili-bili, letaknya di Desa bili-bili,
Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Namun kesibukan mulai tampak begitu jelas
di wajah kota Makassar pagi hari ini tanpa mengenal waktu ataupun di hari
libur. Tetapi perjalanan ini membuat kami tetap bersamangat walau
hambatan-hambatan (kemacetan)di perjalanan cukup membuat hati ini menjadi
gelisah.
Ketika matahari mulai
meninggi, hawa panas yang begitu menyengat, kendaraan mulai padat serta debu
mulai tidak bersahabat. Kami pun menutup jendela mobil serta langsung dengan
sentaknya menyalakan pendingin udara di dalam mobil agar untuk menghindari
udara yang telah tercemarih oleh asap kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.
Perjalan ini
berlangsung hingga memakan waktu yang begitu lama, entah sejauh mana kami telah
melakukan perjalanan namun jarak yang di tempuh menuju Lesehan bili-bili dari
kota Makassar hanya memakan waktu kurang lebih satu jam, tetapi kenyataannya
sudah lebih dari dua jam.
Perjalanan ini membuat
kami jenuh dan ingin terasa mual-mual yang di akibatkan oleh udara pendingin
mobil. Saat tiba dilokasi, hati ini pun merasa legah dengan melihat warung lesehan
berjejer dengan sangat rapih dan pelayanannya pun sangat ramah.
salah satu tempat Lesehan bili-bili
Namun tidak secara langsung persaingan pun dapat terlihat dari setiap warung Lesehan untuk menarik perhatian si pembeli. Kami pun memilih salah satu tempat lesehan ini, pelayan pun datang memberikan kami menunya dan menunggu makanan yang akan disajikan oleh pelayan tersebut.
Dengan menunggu 15
menit saja, makanan pun siap untuk di santap. Menu yang kami pilih ini
merupakan menu andalan di tempat ini yaitu ikan nila bakar dan di goreng,
kangkung tumis, rica-rica mangga dan sambal.
Makanannya sangat
memuaskan, sebanding dengan harganya hanya Rp35.000/porsi. (Di tempat ini bukan
hanya ikan nila yang tersedia, tetapi ada juga ikan mas, ikan bolu, ayam dan
bebek. Jadi anda patut mencoba beberapa menu andalannya yang disediakan oleh
pelayan warung Lesehan ini).
Menu andalan salah satu tempat di Lesehan bili-bili
Begitu selesai
menikmati hidangan yang disediakan oleh pelayan warung lesehan, kami pun
bersantai sejenak di tempat ini dengan menikmati keindahan danau bili-bili.
Sebenarnya danau bili-bili merupakan aliran sungai dari gunung bawakaraeng yang
di tampung oleh bendungan sehingga terbentuklah sebuah danau yang sangat luas.
Panorama di tempat ini
sangatlah indah dan sejuk dikarenakan danau bili-bili di kelilingi oleh
bukit-bukit serta anginnya yang berhembus sepoi-sepoi, itulah sebabnya kami sangat betah berada beralama-lama
ditempat ini.
Setelah beberapa jam
menikmati pemandangan bendungan bili-bili dari warung Lesehan ini, kami pun
melanjutkan perjalanan menuju kota Malino, tepatnya di lapangan tembak. Dalam
perjalanan jarak tempuh dari warung Lesehan ke kota Malino, kurang lebih
memakan waktu 2jam perjalanan.
Perjalanan yang agak
lama itu disebabkan oleh jalanannya yang banyak rusak serta banyak debuh yang
beterbangan, diakibatkan kendaraan truk pengangkut bahan material yang banyak
meleweti sepanjang jalur ini. (Bila anda menggunakan kendaraan bermobil, anda
perlu mempersiapkan obat mual serta obat pusing kepala karena sepanjang
perjalanan anda akan terganggu oleh rusaknya jalan ini, bila anda menggunakan
kendaraan bermotor anda hanya perlu mempersiapkan masker penutup hidung dan
mulut dikarenakan banyaknya debuh yang beterbangan).
Kami pun tiba di kota
Malino yang kebanyakan orang mengatakan
bahwa kota Malino merupakan kota yang dingin, tetapi kenyataannya tidak seperti
apa yang dikatakan dari kebanyakan orang tersebut.
Kota ini dulunya
memang suhunya terbilang dingin namun dengan berkembangnya zaman serta adanya
peningkatan globalisasi sehingga suhu di kota ini mulai terkikis dan menyebabkan
suhu dingin semakin lama semakin menurun. Tak lama kemudian kami pun tiba
dilapangan tembak, yang di sekitarnya tak jauh dari lapangan ada banyak
berjejeran warung makan, tetapi kami enggan untuk singgah di tempat itu karena kami
ingin terlebih dahulu menikmati pemandangan di sekitar lapangan yang banyak
memiliki pepohonan pinus yang sejuk untuk dihirup udaranya serta kuda yang
disewakan untuk ditunggangi, namun sebelum kami masuk ke lapangan kami pun
membayar kartis loket per orangnya seharga Rp3000.
Kami pun berfoto untuk
mengabadikan momen kebersamaan kami serta bercanda gurau ditempat ini. Setelah
kami puas berfoto-foto, kami pun menyempatkan diri sejenak untuk singgah di
warung tersebut untuk mengisi sedikit perut kami sebelum pulang ke Makassar, warung
ini menyediakan berbagai makanan yang harganya tidak merobek kantong kami, hanya
perlu mengeluarkan uang Rp.20.000/orang itu sudah lebih dari cukup. Kami pun
memesan jagung bakar, kopi, serta sarabba.
Setelah kami usai
mengisi perut, kami pun lansung berangkat untuk meninggalkan kota Malino.
(jadi, anda perlu menyempatkan diri untuk pergi ke kota Malino bersama keluarga
serta jalan-jalan ke lapangan tembak yang tak jauh dari kota Malino. Jika anda
ingin membeli ole-ole anda harus mengeluarkan uang Rp10.000 untuk 1bungkus
dodol/tengteng, 1 kilo buah markisah/manggis dijualnya seharga Rp15.000/kilo).